Pernahkah Anda merasa resah untuk menjalani suatu keputusan yang mengharuskan diri untuk menjadi seseorang yang lebih mandiri dan independen dari sebelumnya? Dalam dunia psikologi, ciri-ciri tersebut termasuk ke dalam cinderella complex syndrome.
Sebenarnya keresahan tersebut adalah suatu perilaku yang wajar, namun Anda perlu mengenali apakah perasaan takut dan resah tersebut melampaui batas wajar atau tidak. Dalam artian lain, apabila sebuah keresahan dan perasaan takut hingga tidak nyaman ini terasa begitu berlebihan bisa jadi Anda mengalami sindrom cinderella complex. Apa sih cinderella complex itu?
Definisi Cinderella Complex
Istilah cinderella complex kerap digunakan untuk menyatakan suatu kondisi yang membuat seseorang merasa ketergantungan akan sesuatu atau seseorang, dimana kondisi tersebut menghambat orang untuk menjadi independen.
Sehingga ketika berada dalam situasi yang memaksa diri untuk mandiri maka orang yang bersangkutan ini akan merasakan keresahan dan ketakutan. Sebab sebelumnya dia selalu tergantung pada seseorang.
Sindrom ini pertama kali diungkapkan oleh Colette Dowling, dalam bukunya yang bertajuk Cinderella Complex: Women’s Hidden Fear of Independence. Istilah ini mulai terkenal di kalangan psikiater saat ini, namun kendati begitu belum ada penelitian secara mendalam yang menyatakan bahwa sindrom ini merupakan gejala dari sebuah gangguan psikologis.
Akan tetapi banyak juga yang menyadari bahwa cinderella complex erat kaitannya dengan kecenderungan atau gangguan psikologis dependen. Dimana seseorang merasa sangat tergantung akan kehadiran orang lainnya, yang membuat orang yang bersangkutan tidak dapat mandiri.
Menurut Colette Dowling, sindrom ini paling sering ditemui pada perempuan, yang mana pada umumnya cenderung memiliki ketergantungan akan kehadiran laki-laki di sisinya. Orang ini juga di dalam bawah sadarnya, cenderung ingin ada sosok laki-laki yang melindungi, merawat dan memperhatikannya.
Hal ini membuat orang dengan sindrom cinderella complex menjadi terkesan manja dan takut menjadi independen. Inilah yang membuat Dowling menyebutnya dengan cinderella complex, karena image perempuan dengan sindrom ini adalah seperti cinderella yang lemah dan pasif karena lebih memilih menunggu pangeran yang mendatanginya daripada sebaliknya.
Baca Juga:
- 5 Tipe Pola Asuh yang Tepat untuk Anak, Orangtua Harus Tahu
- 7 Tips Melatih Anak Tidur di Kamar Sendiri
Penyebab Terjadinya Cinderella Complex
Mengapa sindrom cinderella ini dapat terjadi pada manusia terutamanya perempuan? Alasan paling mendasar adalah pola asuh. Jika mau membandingkan, secara garis besar kita menyadari bahwa perbedaan jenis pola asuh antara anak perempuan dan laki-laki memiliki perbedaan yang pada akhirnya membawa dampak begitu signifikan.
1. Stigma Pola Asuh Anak Perempuan dan Laki-Laki
Secara tidak sadar, masyarakat sejak dahulu hingga saat ini masih banyak yang melakukan penerapan pola asuh yang berbeda sesuai gender anak mereka. Apabila anak laki-laki cenderung dibesarkan dan ditanamkan nilai-nilai kemandirian, harus kuat, tidak boleh lemah. Dengan harapan supaya lelaki bisa mandiri, bekerja dengan baik, melindungi perempuan dan tidak boleh menunjukan kelemahannya.
Sebaliknya, perempuan cenderung diasuh dengan cara yang jauh lebih lembut dan halus, tanpa aktif adanya tindakan menghukum anak. Sejak kecil orang tua akan menanamkan supaya anak perempuan tidak keras kepala, bisa patuh, berperilaku baik dan lemah lembut. Sehingga membuat perempuan terkesan membutuhkan perlindungan dari orang lain. Tak heran jika beberapa orang tua dari anak perempuan memiliki pola asuh overprotektif atau helicopter parenting yang secara tak sadar memicu sindrom ini.
Perbedaan pola asuh ini membawa dampak begitu besar ketika mereka dewasa nanti, terutama bagi keluarga yang terdapat anak perempuan dan laki-laki. Maka akan begitu terlihat perbedaan antara input dan output pada anak perempuan serta laki-laki.
Maka tidak heran apabila laki-laki terkadang menjadi cenderung lebih nakal di masa peralihan mereka karena mendapatkan tekanan dan dibebankan tanggung jawab besar sejak kecil. Pada perempuan akan membentuk karakter yang manja dan ketergantungan akan sesuatu.
2. Stereotip Budaya
Berawal dari pola asuh, membawa dampak yang lebih besar dan memunculkan penyebab cinderella complex lain dari segi masyarakat yakni dalam aspek budaya. Pola asuh tadi juga sebenarnya dampak dari budaya, namun lebih dari itu hal ini juga menimbulkan stereotip tentang bagaimana laki-laki dan perempuan di masyarakat.
Baca Juga:
- Cara Menerapkan Hypnoparenting, Pola Asuh untuk Anak Bermasalah
- Memahami Sisi Gelap Toxic Positivity Untuk Kesehatan Mental
Anda mungkin sering mendengar, pemikiran tentang bagaimana seharusnya laki-laki yang bekerja maka sudah sepantasnya mereka menempuh pendidikan tinggi. Sebaliknya perempuan sudah seharusnya menjadi ibu rumah tangga, maka sudah sepantasnya mengandalkan gaji dari suami dan tidak perlu bekerja.
Hal-hal seperti ini secara tidak langsung semakin memicu perempuan untuk memiliki kecenderungan cinderella complex dan tidak berani untuk menjadi independen. Lantas, seperti apa tanda-tanda kemunculan sindrom ini?
Gejala Cinderella Complex
Terdapat beberapa kecenderungan yang sama yang seringkali terjadi pada para perempuan yang memiliki cinderella complex ini. Sindrom ini tidak hanya bisa terjadi pada perempuan yang tampak manja dan lemah saja, bisa jadi perempuan yang tampaknya mandiri bisa juga memiliki kecenderungan dependen terhadap orang lain seperti kisah cinderella tersebut. Bahkan parahnya, Anda bisa menjadi anak introvert.
1. Menerima Segala Keputusan Pasangan
Jika dalam sebuah relationship, seorang yang mengidap cinderella complex akan cenderung pasrah dan menerima semua keputusan yang pasangan mereka ambil.
Perempuan ini tidak akan membantah, karena dia yakin bahwa pasangannya pasti memiliki keputusan yang jauh lebih baik. Keputusan yang diambil juga biasanya dalam segala hal, bahkan hingga perkara paling sederhana dan mudah saja perempuan hampir jarang mengambil keputusan untuk dirinya sendiri. Alhasil, sebagai perempuan, Anda tidak menerapkan prinsip body positivity dengan maksimal.
2. Menginginkan Pasangan Seperti Sosok Pangeran
Pada umumnya, bagi perempuan yang belum memiliki pasangan, Anda berharap mendapatkan lelaki yang seperti dalam gambaran pangeran di cerita dongeng. Pasangan yang mampu melindunginya, menjadi tempat bersandar, mengayomi dan tempat dia berlindung.
Memang sebenarnya tidak ada yang salah akan hal itu, akan tetapi jika hal tersebut membuatnya tidak mampu mandiri maka perempuan ini mengalami sindrom cinderella complex.
3. Takut Menjalani Hidup Seorang Diri
Saat sedang tidak memiliki kekasih, atau setelah putus dengan mantan perempuan akan cenderung resah dan takut tidak memiliki pasangan lagi. Dia mungkin akan sibuk dengan ketakutannya dan insecure dalam menjalankan hidup tanpa lelaki di sampingnya. Sebab, biasanya selalu ada pasangan yang menemani dan membantunya dalam mengambil keputusan.
4. Merasa Diperlakukan Tidak Baik Saat Situasi Tidak Seperti yang Diharapkan
Saat berada dalam situasi yang diluar dugaanya, atau berbeda dengan yang diharapkan maka Anda akan merasa bahwa diri Anda tidak diperlakukan adil dan baik oleh orang lain.
Cara Mengatasi Cinderella Complex
Mengingat sindrom ini sangat erat hubungannya dengan kondisi psikologis, maka untuk mengatasinya juga bukan perkara yang mudah dan cepat. Terlebih lagi ketika orang tersebut merasa dirinya baik-baik saja.
Sama seperti gangguan psikologis lain, sindrom ini akan sembuh hanya saat orang tersebut mau, kooperatif, dan mampu mengontrol diri untuk menuju kesembuhan. Jika sudah begitu maka cara terbaik adalah datang ke psikolog untuk membicarakan permasalahan tersebut.
Sebab, kadang sekedar curhat dengan teman dekat saja tidak cukup. Untuk hasil yang objektif, lebih baik datangi ahli saat Anda merasa memiliki sindrom serupa yang Anda rasa sudah mengganggu kehidupan sehari-hari.
Mengunjungi psikiater juga bukan berarti kita memiliki gangguan psikologis atau memiliki mental illness. Bahkan untuk sekedar melakukan check-up secara rutin, alih-alih sembari melepaskan keresahan tidak ada salahnya untuk meminta solusi dari yang ahli. Nantinya Anda akan memiliki kuasa atas diri (self empowerment).
Perlu Anda ingat bahwa artikel ini bukan berarti Anda bisa mendiagnosis diri sendiri yang pastinya punya sisi manja dan begantung dengan orang lain.
Baca Juga:
- Kenali 5 Tanda Self Gaslighting dan Cara Mengatasinya
- Mengetahui Pentingnya Self Esteem dan 6 Cara Meningkatkannya
Sleep Buddy adalah sebuah brand yang ingin menghadirkan kebahagiaan & kehangatan di setiap rumah dengan cara yang berarti .