Pernahkah Anda mengalami halusinasi yang terasa begitu nyata hingga tidak bisa membedakannya dengan kenyataan? Hati-hati, bisa saja Anda mengalami gejala psikosis!
Ini merupakan suatu kondisi di mana penderitanya merasa kesulitan atau bahkan tidak bisa membedakan mana kenyataan dan imajinasi. Sehingga, kondisi ini biasanya disertai dengan delusi dan halusinasi.
Psikosis sendiri termasuk salah satu gangguan kesehatan mental yang tidak bisa Anda abaikan begitu saja. Sebab, jika tidak segera mendapatkan penanganan yang tepat, gejalanya bisa semakin parah secara bertahap dari waktu ke waktu.
Untuk lebih jelasnya, simak ulasan tentang gejala, penyebab, hingga cara mengatasi psikosis berikut ini!
Apa Itu Psikosis?
Psychosis atau psikosis merupakan kondisi di mana kondisi psikologis seseorang terganggu oleh halusinasi atau delusi.
Kondisi ini menyebabkan penderitanya mengalami kesulitan dalam membedakan mana imajinasi dan mana kenyataan. Ini merupakan salah satu masalah gangguan mental yang serius dan perlu segera mendapatkan penanganan.
Psikosis terjadi karena terdapat gangguan pada otak yang memengaruhi bagaimana cara kerja otak dalam memproses suatu informasi. Sehingga, kondisi ini dapat membuat penderitanya mengalami perubahan dalam berpikir dan berperilaku. Termasuk meyakini hal-hal yang sebenarnya tidak nyata atau hanya imajinasinya belaka.
Gangguan ini dapat menurunkan kualitas hidup penderitanya sebagaimana masalah kejiwaan lainnya. Mulai dari memengaruhi hubungan dengan lingkungan sosial, hingga dapat menurunkan kualitas kesehatan secara fisik.
Tanda dan Gejala Psikosis
Kondisi ini semakin parah seiring dengan berjalannya waktu apabila tidak ditangani dengan segera. Sehingga, langkah antisipasi dengan mengenali tanda-tanda dan gejalanya sejak dini merupakan tindakan yang wajib Anda lakukan.
Melansir dari National Institute of Mental Health, berikut ini adalah beberapa tanda dan gejala psikosis yang perlu Anda waspadai:
- Mengalami kesulitan dalam berpikir dan berkonsentrasi.
- Selalu merasa tidak tenang dan menaruh kecurigaan pada orang lain di sekitar.
- Lebih suka mengurung diri dan menghabiskan waktu sendirian daripada biasanya.
- Cenderung menarik diri dari pergaulan dan tidak memiliki motivasi.
- Keinginan untuk tidur terlalu lama atau tidur terus-menerus.
- Mengalami gangguan mood, kesulitan mengembalikan mood, dan sering bad mood.
- Sulit mengendalikan emosi, cenderung merasakan emosi yang sangat intens, dan terkadang tidak merasakan emosi apapun.
- Mengalami penurunan performa, baik di sekolah maupun tempat kerja.
- Mengalami gangguan dalam berbicara dan berkomunikasi dengan orang lain. Cenderung tidak bisa mengikuti topik pembicaraan dan tidak nyambung.
- Mengalami gangguan kecemasan atau rasa gelisah secara berlebihan.
- Kecenderungan depresi.
- Mengalami halusinasi, yakni kondisi di mana seseorang memiliki persepsi tanpa adanya rangsangan nyata yang ia rasakan.
- Delusi, yakni sebuah keyakinan yang dipegang teguh namun salah. Misalnya, seseorang meyakini bahwa dia bisa terbang.
- Terkadang memiliki kecenderungan untuk melakukan self destructive, percobaan bunuh diri, dan terobsesi dengan kematian.
Baca Juga :
- Sering Mengalami Sakit Kepala Mendadak? Hati-Hati Thunderclap Headache
- Cara Mengatasi Somatoform, Penyakit yang Hanya Muncul Karena Stres
Penyebab Psikosis
Kondisi ini dapat memengaruhi kemampuan otak dalam mengolah informasi dan mengubah persepsi. Beberapa hal yang memicu terjadinya kondisi ini berkaitan dengan lingkungan sosial, kondisi mental, pengaruh obat-obatan, hingga faktor genetik.
Berikut adalah penyebab psikosis yang perlu Anda ketahui:
1. Faktor Genetik atau Keturunan
Genetik memiliki peran penting dalam kondisi ini. Individu yang hidup berdampingan dengan anggota keluarga, misalnya orangtua atau saudara kandung yang mengidap kondisi ini akan lebih berisiko mengalami gangguan serupa.
2. Memiliki Pengalaman Traumatis
Pengalaman atau kejadian traumatik seperti juga dapat memicu munculnya psikosis. Misalnya kehilangan orang yang dicintai, pernah mengalami pelecehan seksual, atau menjadi korban peperangan.
3. Mengalami Kecelakaan dan Penyakit Tertentu
Risiko terjadinya psikosis juga meningkat pada orang yang pernah mengalami kecelakaan. Terutama cedera pada bagian kepala dan otak. Sejumlah penyakit tertentu juga bisa memicu terjadinya kondisi ini. Antara lain HIV, alzheimer, stroke, epilepsi, tumor otak, malaria, hingga parkinson.
4. Konsumsi Obat-Obatan Tertentu
Penggunaan obat-obatan seperti obat untuk penyakit Parkinson, steroid, hingga obat-obatan terlarang (LSD, amfetamin, ganja, kokain, dan PCD) juga meningkatkan risiko terjadinya psikosis. Jika seseorang mengonsumsi obat-obatan tersebut secara berlebihan, risiko untuk mengalami kondisi ini juga akan jauh lebih besar.
5. Memiliki Masalah Kejiwaan
Pada dasarnya, psikosis sendiri merupakan kondisi yang muncul ketika seseorang telah menderita penyakit mental lainnya. Kondisi ini muncul sebagai salah satu gejala dari gangguan mental yang sedang dialami. Misalnya skizofrenia.
Baca Juga :
- Psikosomatis, Gangguan Kesehatan Hanya Saat Stres dan Cemas
- Mengenal Gejala dan Penyebab Imposter Syndrome, Sindrom yang Meragukan Jati Diri
Perbedaan Psikosis dengan Bipolar Disorder dan Skizofrenia
Gejala-gejala psikosis ini hampir serupa dengan bipolar disorder atau gangguan bipolar. Namun, gangguan bipolar adalah kondisi di mana penderitanya mengalami perubahan mood yang mendadak dan terlalu ekstrem.
Sedangkan psikosis cenderung lebih menekankan pada adanya halusinasi dan delusi yang penderita alami, sehingga mengganggu kehidupan sosial dan kesehatan mentalnya.
Sementara skizofrenia sendiri merupakan kondisi yang bisa didiagnosis ketika seseorang memiliki gejala psikosis selama lebih dari 6 bulan. Penderita skizofrenia akan mengalami penurunan dalam kemampuan fungsional, memengaruhi cara berpikir, merasa, dan berperilaku.
Orang yang mengalami skizofrenia pasti akan merasakan psikosis. Akan tetapi sebaliknya, tidak semua kondisi psikosis memiliki skizofrenia.
Pengobatan dan Pencegahan Psikosis
Biasanya dokter akan memberikan terapi kognitif dan obat-obatan untuk menangani kondisi ini. Namun apabila penderita psikosis sudah menunjukkan kecenderungan untuk tantrum atau mengamuk, maka dokter perlu memberikan obat penenang.
Sementara itu, beberapa langkah yang bisa Anda lakukan sebagai pencegahan terjadinya kondisi ini antara lain:
- Segera menghubungi tenaga profesional apabila mulai merasakan gejala halusinasi dan delusi, maupun merasa cemas berlebihan.
- Hindari penggunaan obat-obatan terlarang, termasuk narkoba, amfetamin, kokain, hingga alkohol.
- Menghindari kebiasaan merokok.
- Memanajemen dan menghilangkan stres. Misalnya dengan melakukan meditasi, yoga, melakukan perawatan diri (self care) dengan spa, atau meletakkan benda-benda untuk relaksasi di sekitar.
- Lebih terbuka pada orang terdekat atau tenaga profesional apabila mulai merasakan gejala kecemasan berlebih. Misalnya dengan curhat atau berkonsultasi.
- Meningkatkan kualitas tidur dan memenuhi kebutuhan tidur. Waktu tidur ideal untuk orang dewasa adalah 7-8 jam tiap malamnya.
- Melakukan olahraga secara teratur, termasuk olahraga ringan sebelum tidur.
- Menerapkan pola hidup sehat. Mulai dari memperbaiki pola tidur, menerapkan pola tidur sleep hygiene, hingga menerapkan pola makan sehat. Misalnya dengan mengonsumsi makanan diet sehat, minuman diet, dan makanan yang untuk meningkatkan konsentrasi otak.
- Jika psikosis terjadi karena penyakit tertentu, maka segera berkonsultasi dengan dokter yang menangani kondisi Anda.
Demikian adalah ulasan tentang psikosis beserta gejala, penyebab, dan cara mengatasinya. Perlu Anda ingat bahwa kondisi ini tidak bisa diabaikan begitu saja dan perlu mendapatkan penanganan segera. Sebab, kondisi ini akan semakin parah dari waktu ke waktu apabila tidak segera mendapatkan perawatan yang tepat.
Baca Juga :
Sleep Buddy Merk Lokal, Kualitas Internasional sejak 2009, Rasakan pengalaman tidur yang berbeda dari sprei lembut dan tahan lama.