Imposter syndrome mungkin menjadi istilah yang masih asing di telinga kita. Padahal, studi menyebutkan bahwa ada banyak orang yang secara tidak sadar mengalami sindrom ini.
Perlu Anda ketahui, imposter syndrome merupakan kondisi psikologis, tetapi bukan termasuk dalam gangguan kesehatan mental. Biasanya, orang yang mengalami sindrom ini cenderung sering meragukan atau merasa tidak pantas mencapai sesuatu.
Sekilas, sindrom ini hampir mirip dengan self deprecation, yaitu kecenderungan untuk merendahkan diri sendiri. Serta self gaslighting, yakni kecenderungan untuk tidak memvalidasi atau meragukan perasaan sendiri.
Bedanya, orang yang mengalami imposter syndrome cenderung merasa setiap pencapaian yang ia raih hanyalah terjadi karena kebetulan atau keberuntungan saja. Alih-alih berkat usaha keras, ia malah meyakini bahwa dirinya tidak berbakat, cerdas, atau sekreatif seperti yang orang lain lihat.
Dalam jangka panjang, sindrom ini akan menyebabkan penderitanya merasakan ketakutan yang berlebih, gangguan kecemasan, bahkan depresi. Hal ini karena mereka merasa dihantui kemungkinan kalau suatu saat nanti jati dirinya yang asli akan terbongkar, dan ia dianggap sebagai penipu oleh orang lain. Inilah sebabnya, imposter syndrome bisa juga kita sebut sebagai sindrom penipu.
Lantas, apa saja gejala dan penyebab terjadinya sindrom penipu ini?
Gejala Imposter Syndrome
Sebagaimana penjelasan di atas, banyak orang yang secara tidak sadar telah mengalami sindrom ini. Bahkan, biasanya orang yang mengalami imposter syndrome cenderung akan selalu memotivasi diri sendiri untuk terus bekerja lebih keras. Tujuannya adalah agar ia merasa aman dan menghilangkan perasaan insecure bahwa suatu saat jati dirinya akan terungkap.
Berikut ini adalah sejumlah gejala sindrom imposter yang perlu Anda waspadai:
- Kerap meragukan kemampuan diri sendiri
- Lebih sering mengaitkan kesuksesan yang diraih dengan faktor eksternal, alih-alih berkat usaha keras
- Kesulitan bahkan cenderung tidak mampu menilai keterampilan dan kemampuan diri sendiri secara objektif
- Merasa sangat takut akan kegagalan
- Sering merasa frustrasi hingga menyalahkan diri apabila tidak mampu memenuhi standar yang ditetapkan sendiri
Baca Juga :
- Mengetahui Pentingnya Self Esteem dan 6 Cara Meningkatkannya
- Ketahui Apa Itu Self Worth dan 6 Cara Meningkatkannya
Penyebab Munculnya Imposter Syndrome
Terdapat beberapa faktor yang bisa memicu munculnya sindrom imposter pada diri seseorang. Faktor-faktor tersebut antara lain:
1. Kesalahan dalam Pola Asuh di Masa Kecil
Tipe pola asuh yang tidak tepat, misalnya orangtua yang terlalu menuntut prestasi dan keberhasilan anak menjadi penyebab utama munculnya sindrom ini. Apalagi apabila orangtua menerapkan cara menghukum anak dengan hukuman fisik saat melakukan kesalahan.
Selain itu, pola asuh overprotektif dan helicopter parenting juga bisa memicu munculnya sindrom imposter saat anak tumbuh dewasa. Sebab, pola asuh tersebut akan membentuk kepribadian anak sebagai sosok yang takut mengalami kegagalan.
Untuk itu, sebisa mungkin terapkan pola asuh yang tepat untuk anak. Misalnya hypnoparenting, slow parenting, atau mindful parenting.
2. Lingkungan yang Kompetitif
Tak bisa kita pungkiri bahwa lingkungan menjadi salah satu faktor utama dalam membentuk kepribadian seseorang. Begitu pula dengan imposter syndrome, yang muncul karena berada di lingkungan yang terlalu kompetitif.
Sebab, lingkungan yang kompetitif secara tak langsung membuat seseorang merasa terpacu untuk terus melakukan hal yang lebih baik daripada orang lain. Bahkan sebisa mungkin melampauinya.
3. Sifat Perfeksionis
Kecenderungan sifat perfeksionis juga menjadi salah satu penyebab munculnya sindrom imposter. Sebagaimana kita tahu, orang yang perfeksionis cenderung menginginkan segala hal berjalan sempurna sesuai dengan rencana yang telah ia susun.
Orang yang perfeksionis juga cenderung takut mengalami kegagalan. Inilah sebabnya, terkadang orang dengan sifat perfeksionis tidak dapat menjalani hidup dengan lebih tenang dan bersantai, kesulitan mengatur emosi dan mengembalikan mood, tidak memiliki self control, sulit mengatasi stres, hingga lebih sering mengalami tantrum.
Baca Juga :
- 7 Benda yang Bermanfaat untuk Relaksasi dan Ampuh Usir Stres
- 6 Makanan yang Ampuh untuk Atasi Bad Mood
4. Menjalani Peran Baru
Faktor penyebab imposter syndrome selanjutnya adalah karena menjalani peran baru. Misalnya sebagai mahasiswa baru, atau fresh graduate yang baru saja mendapatkan pekerjaan.
Biasanya, mereka akan cenderung memiliki sifat ambisius dan menggebu-gebu, takut melakukan kesalahan, ingin terlihat unggul, dan berusaha mengerjakan segala sesuatu dengan sempurna tanpa cela.
Cara Mengatasi Imposter Syndrome
Meskipun bukan termasuk salah satu gangguan kesehatan mental, akan tetapi sindrom imposter ini tidak bisa Anda biarkan begitu saja secara berlarut-larut. Sebab, efek jangka panjangnya bisa membuat Anda mengalami gangguan kecemasan hingga depresi.
Guna mengantisipasi terjadinya hal tersebut, berikut adalah sejumlah cara yang bisa Anda lakukan untuk mengatasi sindrom imposter:
1. Kenali Kelemahan dan Kelebihan Diri Sendiri
Setiap orang tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, di mana Anda tidak bisa menyamaratakannya begitu saja. Nah, setelah memahami kelebihan dan kelemahan diri Anda lebih dalam, coba temukan cara untuk mengembangkan kekuatan tersebut dan mengatasi kelemahan Anda.
Dengan demikian, maka Anda tidak perlu mengkhawatirkan kualifikasi atau kompetensi diri Anda sendiri. Sebab, Anda sudah bisa mengukurnya.
Baca Juga :
- Memahami Sisi Gelap Toxic Positivity Untuk Kesehatan Mental
- Pentingnya Self Awareness Untuk Memahami Diri Apa Adanya
2. Akui Kesuksesan yang Anda Alami
Imposter syndrome identik dengan perasaan meragukan keberhasilan diri sendiri. Untuk mengatasinya, maka Anda pun harus mulai membiasakan diri untuk mengakui dan menerima kesuksesan Anda. Yakinlah bahwa hal tersebut merupakan buah dari jerih payah Anda, bukan karena keberuntungan semata.
Sebagai tanda untuk mengakui kesuksesan tersebut, Anda bisa memberikan self reward untuk mengapresiasi diri Anda sendiri. Misalnya dengan makan bersama teman untuk merayakan kesuksesan, membeli barang yang Anda inginkan, melakukan travelling atau liburan bersama keluarga, atau bahkan beristirahat seharian untuk melepas lelah.
3. Berusaha untuk Melawan Pikiran Negatif
Pikiran negatif memang menjadi sumber dari segala macam masalah pada kondisi psikologis. Begitu pula imposter syndrome. Oleh sebab itu, cobalah untuk memvalidasi perasaan yang Anda rasakan, dan menghilangkan pikiran negatif tiap kali Anda mencapai keberhasilan.
Anda juga bisa melawan pikiran negatif dengan positive self talk. Contohnya adalah dengan mengatakan usaha apa saja yang sudah Anda lakukan untuk sampai di titik ini, serta menyadari bahwa Anda memang layak untuk mendapatkannya.
4. Menceritakan Perasaan Anda pada Orang Lain
Tips terakhir adalah dengan bercerita pada orang terdekat. Misalnya keluarga, sahabat, atau pasangan. Sebab, bercerita atau curhat kepada orang dapat membantu Anda untuk memvalidasi perasaan yang sedang Anda rasakan saat ini.
Mereka akan berusaha mengerti kondisi Anda, bahkan bisa juga memberikan sudut pandang yang mengubah pemikiran Anda terhadap diri sendiri.
Demikian adalah ulasan mengenai imposter syndrome, gejala, penyebab, beserta cara mengatasinya. Sindrom ini memang bukan merupakan gangguan kesehatan mental, namun Anda perlu mewaspadainya. Karena sindrom imposter bisa memengaruhi kualitas hidup, memengaruhi cara Anda bersosialisasi, hingga cara Anda memandang dan menerima diri sendiri (self love).
Apabila Anda mulai merasakan gejala imposter syndrome, maka Anda bisa menerapkan tips-tips di atas, atau langsung berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis lebih tepat.
Baca Juga :
- Penyebab dan Cara Menghentikan Bahayanya Self Destructive
- Cara Menerapkan Prinsip Body Positivity untuk Cintai Diri Sendiri
Sleep Buddy Merk Lokal, Kualitas Internasional sejak 2009, Rasakan pengalaman tidur yang berbeda dari sprei lembut dan tahan lama.