Sleep Buddy

Sleep Buddy Logo Fa
0

Your Cart

Currently Empty: Rp0.00

Continue shopping

0

Your Cart

Currently Empty: Rp0.00

Continue shopping

Jan 25
0 Comments

Pada dasarnya, anak-anak yang masih dalam tahap tumbuh kembang dan pra sekolah akan beraktivitas secara energik dan memiliki semangat yang berapi-api. Dalam medis psikologi, terdapat istilah yang merepresentasikan aktivitas anak yang berlebihan, yaitu anak hiperaktif. Namun, tak sedikit orang tua tidak bisa membedakan anak aktif biasa dengan anak hiperaktif sehingga tidak tahu pasti bagaimana cara mengatasi anak hiperaktif dengan benar.

Secara teori, hiperaktif adalah bentuk aktivitas seseorang yang sangat aktif namun tidak bisa fokus dengan satu hal yang sama dalam waktu lama dan impulsif. Umumnya, hiperaktifnya seorang anak, khususnya balita, akan dikaitkan dengan sebuah gejala gangguan pola aktivitas ADHD atau Attention Deficit Hyperactivity Disorder.

Lalu seperti apa gambaran atau ciri-ciri anak hiperaktif yang perlu Anda sebagai orang tua waspadai? Apabila beberapa ciri-ciri tersebut terdeteksi pada anak Anda, bagaimana cara terbaik dan terampuh untuk mengatasi anak hiperaktif? Dan seperti apa hubungan hiperaktifnya anak dengan ADHD?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan terjawab secara detail pada artikel berikut ini.

Ciri-Ciri Anak Hiperaktif

Setiap orang tua pasti ingin anaknya bisa berkegiatan secara aktif bersama keluarga, saudara, dan teman-teman sebayanya. Tetapi, jika anak Anda terlampau aktif sehingga Anda kesulitan menenangkannya, maka Anda perlu waspada terhadap kemungkinan gangguan hiperaktif. Seorang anak yang menunjukkan gejala hiperaktif serta impulsif mungkin akan sering:

  • Terlihat gelisah dengan mengetukkan tangan atau kakinya atau bahkan menggeliat di tempat duduk.
  • Mengalami kesulitan untuk tetap duduk diam di satu situasi tertentu, seperti di dalam kelas, mobil, stroller, dan lain-lain.
  • Berjalan dalam gerakan konstan.
  • Suka berlari atau memanjat hingga membahayakan dirinya sendiri.
  • Mental yang jauh lebih berani daripada anak seusianya.
  • Memiliki kesulitan bermain atau melakukan aktivitas dengan tenang.
  • Bicara terlalu banyak.
  • Mengalami kesulitan untuk bersabar di kondisi yang membuat anak harus menunggu.
    Menyela atau mengganggu percakapan, permainan, atau aktivitas orang lain.

Ciri-ciri di atas memang tampak seperti pola tumbuh kembang anak yang masih dalam masa eksplorasi diri dan lingkungan sekitarnya. Namun, apabila ciri-ciri tersebut berujung membahayakan dirinya sendiri dan orang di sekitarnya berulang kali, bukan tak mungkin anak Anda memang tergolong anak hiperaktif.

Anak Anda juga berisiko memiliki performa buruk di sekolah, baik dalam hal akademik, perilaku, dan sosial bersama lingkungan sekitar. Selain itu dalam kasus yang parah, anak Anda akan menarik diri dari berpartisipasi dalam kegiatan kelompok, yang pada gilirannya dapat menyebabkan depresi, frustrasi, dan self-esteem yang buruk.

Baca Juga:

 

Penyebab Anak Hiperaktif

Penyebab Anak Hiperaktif

Sikap hiperaktif pada anak dapat disebabkan oleh kondisi mental atau fisiknya. Misalnya, kondisi yang mempengaruhi sistem saraf atau tiroid dapat menjadi penyebab yang tak boleh Anda sepelekan. Selain itu, penyebab paling umum anak hiperaktif adalah:

  • ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder).
  • Menderita gejala hipertiroidisme, yaitu kondisi kelenjar tiroid yang terlalu banyak memproduksi hormon tiroksin (hormon pengatur metabolisme tubuh).
  • Gangguan otak dan sistem saraf.
  • Gangguan psikologis atau emosional, misalnya karena memiliki gangguan kecemasan, stres, dan depresi.
  • Terpapar penggunaan obat perangsang, seperti kokain atau metamfetamin.

Dari sekian faktor penyebab tersebut, sikap hiperaktif paling sering dikaitkan dengan gangguan ADHD atau Attention Deficit Hyperactivity Disorder. Singkatnya, ADHD adalah salah satu gangguan perkembangan saraf yang umumnya terdiagnosis pertama kali pada masa kanak-kanak dan bisa berlangsung hingga dewasa. Pola hiperaktif seorang anak menjadi salah satu tanda atau ciri-ciri dengan gangguan ADHD.

Dengan kata lain, sebagian penyebab anak hiperaktif berasal dari gangguan kesehatan yang menyerang sistem saraf. Walau terdengar menyeramkan dan mengkhawatirkan, dengan penanganan yang tepat dan intensif dengan ahlinya, sikap hiperaktif anak Anda bisa perlahan berkurang.

Cara Mengatasi Anak Hiperaktif

Mengatasi anak hiperaktif bisa jadi sangat sulit dan membingungkan bagi sebagian orang tua. Tak jarang, Anda akan merasa ingin menghukum anak karena terlalu aktif sehingga tidak mendengar perkataan atau perintah Anda.
Meskipun tidak ada jawaban yang tepat untuk mengatasi anak hiperaktif, beberapa cara pada artikel ini mungkin dapat menjawab kebingungan Anda dalam menyikapi segala bentuk aktivitas hiperaktif anak.

Baca Juga:

 

1. Membuat Peraturan Rumah yang Jelas Namun Mendidik

Apabila jenis pola asuh Anda masih terlalu santai dan membebaskan aktivitas anak, mulailah ubah gaya parenting Anda. Pasalnya, mengasuh anak hiperaktif membutuhkan ketegasan, jelas, dan konsisten.

Bukan tanpa alasan, cara ini bertujuan agar anak memiliki pemahaman diri bahwa ia akan hidup dengan segala peraturan, dimanapun dan kapanpun, tertulis ataupun tidak tertulis.

Misalnya, jika anak melanggar aturan, maka Anda berhak memberikan konsekuensi yang mendidik dan sampaikan alasannya dengan cara yang baik dan jelas. Oleh karena itu, cobalah teknik parenting seperti hypnoparenting atau slow parenting.

2. Menjauhkan Anak Dari Hal Pengganggu Konsentrasi

Hal-hal yang kebanyakan orang tidak pernah perhatikan adalah mudahnya mengalihkan perhatian anak yang menderita ADHD. Oleh karena itu, tugas-tugas yang membutuhkan konsentrasi, seperti tugas sekolah, harus dilakukan di area dengan kemungkinan adanya gangguan seminimal mungkin.

Tempatkan anak dengan nyaman di lokasi yang jauh dari jendela dan pintu. Lalu biarkan anak bergerak tetapi jangan biarkan dia terganggu oleh hal-hal lain dan sikap Anda yang terlalu mengekang (helicopter parenting). Ciptakan tempat dan meja belajar yang hangat dan menarik. Bila perlu, buat anak kenyang terlebih dahulu sebelum belajar agar perhatiannya tidak mudah teralihkan untuk mencari sumber makanan atau minuman.

3. Memanfaatkan Penguatan Positif

Mangatasi Anak Hiperaktif - Memanfaatkan Penguatan Positif

Penyelesaian tugas adalah perjuangan besar bagi anak hiperaktif. Maka dari itu, penting bagi anak untuk menyadari bahwa tugas tersebut layak untuk ia selesaikan. Berikan pujian dan penghargaan secukupnya setiap kali anak berhasil menyelesaikan tugas. Itulah mengapa banyak psikolog anak sangat menyarankan semua orang tua bisa menjadi sosok yang meneladankan mindful parenting.

Selain itu, cara mengatasi anak hiperaktif yang cukup ampuh adalah dengan memberi ia ruang untuk menghargai dirinya sendiri dengan memberikan tugas yang mengarah pada hadiah (self reward), seperti memanggang kue, mendesain kamarnya sendiri, dan lain-lain.

4. Terapi dan Penanganan Medis

Jika dokter spesialis anak Anda menganggap hiperaktif disebabkan oleh kondisi fisik yang mendasarinya, mereka mungkin akan meresepkan obat untuk mengobati kondisi tersebut. Dilansir dari Health Line, obat-obatan yang umum mengatasi anak hiperaktif adalah:

  • Dexmethylphenidate (Focalin)
  • Dextroamphetamine dan amphetamine (Adderall)
  • Dextroamphetamine (Dexedrine, Dextrostat)
  • Lisdexamfetamine (Vyvanse)
  • Methylphenidate (Ritalin)

Di sisi lain, sikap hiperaktivitas anak juga dapat disebabkan oleh kondisi gangguan kesehatan mental. Dalam hal ini, dokter akan menyarankan untuk melakukan serangkaian terapi perilaku kognitif dan terapi bicara yang mana keduanya sering bermanfaat untuk mengatasi anak hiperaktif.

Terapi perilaku kognitif adalah pelatihan yang bertujuan untuk mengubah pola pikir dan perilaku. Sedangkan terapi bicara melibatkan mendiskusikan gejala Anda dengan terapis. Terapis dapat membantu anak Anda mengembangkan strategi untuk mengatasi hiperaktif dan mengurangi efeknya.

5. Mangatasi Anak Hiperaktif Dengan Membantunya Membuat Jadwal Kegiatan

Memiliki jadwal kegiatan ciptaannya sendiri dapat membantu anak membangun sifat kemandirian dan disiplin. Tak hanya itu, sebuah daftar tertulis juga memberikan anak referensi visual yang bermanfaat ketika sewaktu-waktu konsentrasinya teralihkan atau lupa apa yang seharusnya ia lakukan pada saat itu.

Sebaiknya buat jadwal kegiatan secara urut mulai dari anak bangun tidur di pagi hari hingga waktunya tidur malam. Selama rentang waktu tersebut, Anda dapat memberi usul kegiatan yang akan menyibukkan mereka. Misalnya jadwal mandi, makan, belajar, olahraga dan bermain di dalam rumah atau di luar rumah, dan sebagainya.

Dan jika sudah waktunya tidur lagi, Anda harus beri pengertian seperti apa manfaat tidur itu, bila perlu dukung dengan membacakannya buku dongeng. Tapi, sebelum itu, Anda perlu memastikan kondisi suasana kamarnya yang membuat si kecil nyaman dan bikin tidur nyenyak.

Caranya mudah saja, mulai dari penggunaan lampu tidur, humidifier agar kamar lembab dan sejuk, aromaterapi (jika suka), dan penggunaan jenis sprei dan bedcover yang lembut, adem, dan nyaman. Dengan begitu, anak Anda lebih mudah Anda ajak tidur dan terhindar dari gangguan tidur seperti insomnia, mimpi buruk, night terror, hypnic jerk, dan lain sebagainya.

Baca Juga:

Avatar

Dania Lazuardi

Sleep Buddy adalah sebuah brand yang ingin menghadirkan kebahagiaan & kehangatan di setiap rumah dengan cara yang berarti .