Sleep Buddy

Sleep Buddy Logo Fa
0

Your Cart

Currently Empty: Rp0.00

Continue shopping

0

Your Cart

Currently Empty: Rp0.00

Continue shopping

Perbedaan Cinta Dan Obsesi
Feb 14
0 Comments

Jatuh cinta tentunya merupakan suatu perasaan yang dialami oleh hampir semua orang. Ini merupakan suatu perasaan di mana Anda merasakan kegembiraan, kebahagiaan, dan rasa berbunga-bunga dalam hati ketika bersama dengan pujaan hati. Namun, apakah Anda yakin bahwa perasaan tersebut benar-benar cinta dan bukan obsesi?

Sejatinya, cinta merupakan suatu bentuk ekspresi yang membahagiakan dan membebaskan. Ketika Anda menjalani hubungan dengan seseorang yang Anda cintai, tentunya Anda akan merasa nyaman saat berada di sampingnya setiap saat, dan kehadirannya akan membuat Anda merasa sangat bahagia.

Akan tetapi, terkadang rasa cinta yang berlebihan dan tidak bisa dikontrol juga bisa menimbulkan obsesi. Yaitu suatu kondisi di mana Anda merasa sangat terobsesi dengan pasangan, bahkan sampai rela melakukan hal-hal berbahaya yang mengancam nyawa. Lantas, bagaimana cara membedakan cinta dan obsesi?

Perbedaan Cinta dan Obsesi, Jangan Sampai Salah!

Euforia saat jatuh cinta memang merupakan hal yang sangat normal. Apalagi apabila Anda dan pasangan baru saja menjalin hubungan asmara.

Terkadang, Anda bahkan akan selalu memikirkan pasangan sepanjang waktu, rindu ingin selalu bertemu, bahkan merasa gembira hanya karena mengingat kenangan manis bersamanya. Nah, tahap tersebut akan berkembang menjadi perasaan menghargai pasangan masing-masing seiring dengan bertambahnya usia hubungan. Ini menunjukkan perasaan cinta yang sehat.

Anda akan memahami kepribadian pasangan dengan lebih dalam, menerima kekurangan dan kelebihannya, selalu memberikan motivasi dalam setiap kesempatan, bahkan berkembang dan berproses bersama untuk menuju hal-hal yang lebih baik.

Akan tetapi, jika Anda mulai merasa terlalu fokus pada pasangan, mengekang pasangan dan membatasi ruang geraknya, bersikap posesif dan overprotektif, bahkan menyuruhnya menjauh dari pergaulan dan hanya berfokus pada Anda, maka bisa jadi perasaan cinta Anda telah berkembang menjadi sebuah obsesi.

Untuk lebih jelasnya, ketahui perbedaan cinta dan obsesi berikut ini!

Baca Juga :

 

1. Obsesi Cenderung Lebih Terburu-Buru dalam Menapaki Fase Hubungan

tanda obsesi

Perbedaan yang pertama adalah obsesi cenderung didorong oleh rasa cemas akan suatu kepastian hubungan. Sehingga, Anda akan merasa sangat terburu-buru untuk memasuki tahap berikutnya. Ini terjadi karena secara tidak langsung Anda merasakan kecemasan apabila suatu saat pujaan hati meninggalkan Anda sewaktu-waktu.

Sehingga Anda merasa perlu segera memberikan kepastian pada hubungan tersebut untuk mengikatnya. Hal ini tentunya akan membuat pasangan merasa tak nyaman dalam hubungan, bahkan bisa merasa tertekan.

Hal ini sangat berbeda dengan perasaan cinta yang cenderung mengalir mengikuti arus. Di mana pada satu titik, kedua belah pihak akan merasa perlu untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya tanpa paksaan satu sama lain.

Di sisi lain, penelitian menunjukkan bahwa obsesi terhadap seseorang terkadang juga bisa menimbulkan gangguan kesehatan mental. Salah satunya adalah erotomania, yakni gangguan psikologis di mana Anda merasa orang lain mencintai Anda, padahal sebenarnya tidak.

2. Obsesi Membuat Anda Tidak Menjadi Diri Sendiri

Menyenangkan pasangan tentunya menjadi suatu hal yang wajar. Bahkan, Anda pun bisa melakukan berbagai upaya agar pujaan hati tetap setia berada di samping Anda dan terus mencintai Anda.

Namun, tanpa sadar, terkadang Anda melakukan hal-hal diluar kebiasaan Anda dan cenderung berlebihan. Salah satunya adalah mengubah kepribadian Anda saat berada di samping pasangan.

Anda tidak bisa menjadi diri sendiri karena takut ditinggalkan pasangan apabila menunjukkan jati diri Anda. Bahkan di satu titik, Anda merasa harus terus berpura-pura, karena sejatinya Anda merasa tidak layak mendapatkan sosok seperti pasangan Anda. Sehingga, Anda pun harus terus menggunakan “topeng” dan menipu pasangan dengan kepribadian palsu yang Anda miliki.

Dalam dunia medis, hal ini bisa disebut sebagai imposter syndrome atau sindrom penipu. Yakni suatu sindrom di mana Anda merasa tidak pantas mendapatkan sesuatu dan harus terus berpura-pura agar jati diri Anda tidak ketahuan oleh orang lain.

Ciri-cirinya adalah merasa insecure, memiliki self esteem dan self worth yang rendah, serta kerap merasakan gangguan kecemasan (anxiety disorder) apabila suatu saat pasangan mengetahui kepribadian Anda yang sebenarnya.

Jika Anda merasa telah melakukan hal serupa, maka berhati-hatilah karena ini merupakan salah satu tanda bahwa Anda telah terobsesi.

Baca Juga :

 

3. Cinta adalah Percaya, Sedangkan Obsesi adalah Curiga

Tanda selanjutnya adalah tentang rasa percaya pada pasangan. Sejatinya memiliki pasangan yang peduli terhadap kegiatan kita sehari-hari dan mengkhawatirkan kita sepanjang waktu memang hal yang lumrah. Namun, apabila perasaan tersebut terlalu berlebihan, maka Anda harus waspada.

Sebab, sebenarnya ada garis tipis antara rasa peduli dengan rasa curiga. Misalnya, setiap saat Anda merasa perlu untuk memastikan ke mana saja pasangan Anda pergi dan siapa saja yang berada di dekatnya. Anda pun cenderung merasa sangat khawatir berlebihan apabila pasangan membohongi Anda.

Saat rasa curiga tersebut telah menumpuk, terkadang hal ini akan menyebabkan Anda merasakan stres berlebihan dan depresi. Bahkan dalam sejumlah kasus, hal ini bisa memicu somatoform, yakni suatu jenis gangguan yang hanya muncul saat Anda merasakan stres.

4. Obsesi Cenderung Mengekang dan Tidak Membebaskan

obsesi mengekang dan tidak memberi kebebasan

Ketika Anda telah terobsesi, maka secara tak sadar Anda akan cenderung membatasi ruang gerak pasangan.

Misalnya, Anda merasa tak suka saat pasangan mendapatkan promosi di kantor berkat kerja kerasnya. Sebab Anda merasa takut apabila pasangan Anda menjadi sosok yang semakin dikagumi oleh banyak orang dan bisa meninggalkan Anda sewaktu-waktu ketika menemukan orang lain yang lebih baik.

Anda juga cenderung merasa tidak suka apabila pasangan menjadi lebih mandiri dan bisa melakukan segala hal seorang diri tanpa bantuan Anda. Sebab, obsesi membuat Anda ingin agar pasangan selalu bergantung pada Anda dan sulit mandiri tanpa kehadiran Anda.

Sehingga, dalam beberapa kasus, terkadang Anda akan melakukan segala cara supaya pasangan Anda gagal meraih impiannya. Misalnya, selalu mencegah pasangan melakukan kerja lembur untuk menyelesaikan pekerjaan. Atau mungkin sengaja mengacaukan tugasnya, bahkan memiliki berbagai alasan untuk mencegahnya bekerja di kantor. Hal ini bertujuan agar pasangan Anda tidak mendapatkan kesempatan promosi.

Dalam satu titik, Anda juga akan menariknya dari pergaulan. Anda akan menceritakan hal-hal buruk tentang orang di sekitar Anda agar pasangan menghindari mereka. Bahkan, mungkin Anda juga akan membohongi orang-orang di sekitar dan mengatakan bahwa pasangan Anda adalah orang yang antisosial sehingga mereka akan cenderung menjauh.

Baca Juga :

 

5. Obsesi Tidak Bisa Bertahan dengan Jarak

Perbedaan cinta dan obsesi yang selanjutnya adalah tentang jarak.

Merasa kangen atau rindu saat pasangan tidak sedang bersama kita memang merupakan hal yang sangat wajar. Namun, apabila Anda merasakan kegelisahan berlebihan ketika terpisah dari pasangan, maka Anda harus berhati-hati. Bisa jadi hal tersebut menjadi indikasi bahwa Anda telah merasa terobsesi.

Sebab, obsesi membuat seseorang tidak bisa berjauhan dari pujaan hatinya. Bahkan dalam beberapa kasus, terpisah jarak bisa membuat orang yang terobsesi melakukan perilaku impulsif, merasakan ledakan emosi (tantrum), hingga melakukan tindak agresif.

Tanda-Tanda Obsesi yang Harus Anda Waspadai

Mengetahui perbedaan antara cinta dan obsesi saja tidak cukup. Hal ini karena Anda juga perlu mengetahui tanda-tanda perilaku obsesif secara keseluruhan. Berikut adalah tanda-tanda obsesi yang perlu Anda perhatikan:

  • Memaksa pasangan untuk tetap bertahan meskipun tidak memiliki kecocokan
  • Hubungan cenderung berubah menjadi toxic, bahkan diwarnai dengan tindakan abusive
  • Rasa cemburu yang berlebihan dan tidak beralasan
  • Merasa gelisah, bahkan kerap muncul paranoia tentang kemungkinan adanya perselingkuhan
  • Secara tak sadar bersikap layaknya stalker atau penguntit yang selalu mengawasi pasangan di manapun
  • Terlalu fokus pada pasangan sampai mengabaikan kepentingan diri sendiri
  • Melakukan self gaslighting, yakni tidak memvalidasi perasaan sendiri
  • Secara tak sadar mengalami perubahan pola tidur, bahkan sering mengalami sulit tidur (insomnia) dan gangguan tidur lainnya karena rasa cemas yang meningkat
  • Mengalami perubahan pada pola makan. Misalnya tidak nafsu makan karena terlalu khawatir dan memikirkan pasangan sepanjang waktu
  • Menganggap pasangan sebagai poros hidup
  • Sering berjanji mengubah perilaku namun nyatanya hanya omong kosong belaka
  • Melakukan trik manipulasi agar pasangan tetap berada di samping Anda
  • Terkadang nekat melakukan tindakan impulsif yang merusak diri (self destructive) dan membahayakan nyawa
  • Tidak memiliki kontrol yang baik atas tindakan maupun emosi diri sendiri (self control)

 
Demikian adalah perbedaan antara cinta dan obsesi, serta tanda-tanda obsesi yang harus Anda waspadai. Ketahuilah bahwa sejatinya obsesi bukanlah cinta, melainkan perasaan ingin memiliki yang justru membuat pasangan merasa terkekang. Bahkan dalam banyak kasus, obsesi kerap dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan mental seperti bipolar disorder, personality disorder (gangguan kepribadian), hingga psikosis dan skizofrenia.

Baca Juga :

Avatar

Nissa Sleepbuddy

Sleep Buddy Merk Lokal, Kualitas Internasional sejak 2009, Rasakan pengalaman tidur yang berbeda dari sprei lembut dan tahan lama.