Perbedaan Reseller Dan Dropshipper Wajib Tahu
Jan 14
0 Comments

Seiring tren belanja online yang terus berkembang, terlebih semenjak pandemi COVID-19 mewabah di seluruh dunia, semakin banyak peluang bisnis yang tersedia. Salah satu pilihan bisnis online yang paling banyak orang pilih adalah dengan menjadi reseller dan dropshipper. Tapi apakah Anda tahu apa perbedaan reseller dan dropshipper?

Pada dasarnya, kedua ide bisnis ini sama-sama membuat Anda berperan sebagai penjual atau pedagang yang tidak membutuhkan modal besar. Jadi, bisnis ini bisa dilakukan oleh anak muda dari kalangan pelajar, mahasiswa, freelancer, karyawan kantoran, hingga ibu rumah tangga.

Meskipun terlihat mirip, keduanya memiliki perbedaan yang cukup kontras sehingga Anda bisa memilih akan mencoba cara berjualan yang mana. Dalam artikel ini, Sleep Buddy akan membahas lima perbedaan reseller dan dropshipper yang perlu Anda ketahui.

5 Perbedaan Reseller dan Dropshipper Paling Mendasar

Anda bisa menjadikan peluang cara berjualan sebagai reseller atau dropshipper untuk segala jenis model barang retail. Tentu saja dengan pertimbangan bahwa sang supplier atau penjual asli barang tersebut memfasilitasi Anda untuk menjadi reseller ataupun dropshipper.

Misalnya, Anda menjadi reseller atau dropshipper usaha perlengkapan bayi dan rumah tangga, makanan frozen, pakaian dan tas, sprei dan bedcover, hingga produk elektronik. Supaya Anda tidak salah memilih “jalur” bisnis dengan cara berjualan, Anda perlu memahami masing-masing perbedaan reseller dan dropshipper berikut ini.

1. Pengertian

Tentu saja, hal pertama yang menjadi faktor utama perbedaan reseller dan dropshipper adalah dari pengertian masing-masing istilah.

Reseller adalah seorang individu atau perusahaan yang berperan sebagai penjual yang mana membeli produk tertentu dengan tujuan untuk dijual kembali (resell) ke orang lain daripada dikonsumsi atau digunakan secara pribadi. Reseller dapat menjual kembali produk tersebut dengan harga sama seperti harga yang supplier pasang atau sedikit mahal. Tapi pastikan harganya tidak terlalu tinggi sehingga tidak kalah saing dengan penjual online lain.

Baca Juga:

 

Sedangkan dropshipper adalah penjual pihak ketiga atau perantara antara penjual pertama alias supplier dengan pelanggan. Karena sebagai perantara, bila Anda memilih menjadi seorang dropshipper, Anda tidak akan menangani produk secara langsung sebab semua tetap diproses oleh supplier. Hal yang perlu Anda lakukan adalah memastikan barang jualan dapat laku terjual dan Anda mendapat komisi.

Terdengar menguntungkan dan anti ribet, bukan? Tunggu dulu sampai Anda juga membaca perbedaan reseller dan dropshipper lainnya di bawah ini.

2. Cara Kerja

Perbedaan reseller dan dropshipper selanjutnya yang menjelaskan lebih detail tentang poin pertama adalah cara kerjanya.

Reseller bisa dikatakan hampir sama seperti penjual konvensional yang mengharuskan Anda untuk menstok barang jualan terlebih dahulu sebelum menjualnya kepada konsumen. Seorang reseller biasanya mendapatkan barang dari supplier atau distributor.

Sedangkan dropshipper lebih berfokus pada proses pemasaran dengan melakukan berbagai promosi. Walaupun seorang reseller juga harus melakukannya.

Setelah Anda sebagai dropshipper berhasil melakukannya, Anda bisa menerima pesanan sekaligus pembayaran dari pelanggan saat itu juga. Lalu, pesanan tersebut harus diteruskan ke supplier atau pemasok barang dropship.

Setelah supplier menerima pesanan pelanggan Anda, supplier akan mengirim barang tersebut ke alamat pelanggan menggunakan nama toko online Anda. Jadi, walaupun barang jualan Anda tidak ada di tangan Anda, tapi pembeli akan menerima barang yang ia beli atas nama toko online Anda.

3. Modal yang Anda Keluarkan

Perbedaan Reseller dan Dropshipper Modal yang Anda Keluarkan

Mungkin jika Anda lihat dari cara kerja masing-masing reseller dan dropshipper di atas, tentunya dari segi modal yang dibutuhkan akan berbeda.

Jika Anda memilih menjadi seorang reseller, Anda harus memiliki modal yang cukup karena Anda harus memiliki stok barang terlebih dahulu di toko Anda. Walaupun terkadang tidak selalu besar, tergantung jenis barang yang ingin Anda jual kembali sebagai bentuk investasi.

Sedangkan seorang dropshipper hampir bahkan bisa untuk tidak mengeluarkan biaya apapun selain kegiatan promosi. Bahkan dengan sistem dropship, Anda dapat menerima pembayaran di muka dan memanfaatkannya terlebih dahulu untuk memutar biaya dropshipping lainnya.

Baca Juga:

 

4. Keuntungan Atau Manfaat yang Anda Dapat

Jika berbicara tentang keuntungan dalam bisnis, tentunya banyak faktor yang mempengaruhi, apalagi jika Anda lihat berdasarkan perbedaan reseller dan dropshipper. Namun jika Anda menyimpulkan dengan asumsi bahwa seorang reseller maupun dropshipper melakukan transaksi dalam jumlah yang sama kepada pelanggannya, maka reseller lebih menguntungkan.

Alasannya adalah karena biasanya reseller akan membeli persediaan atau stok dalam jumlah yang tidak sedikit. Alhasil harga beli barang yang akan diterapkan adalah harga grosir yang mana lebih murah daripada harga eceran.

Sedangkan dropshipper sebagai pihak ketiga antara supplier dengan pelanggan baru bisa memproses pemesanan kepada supplier setelah ada pesanan dari pelanggan. Dengan kata lain, harga beli yang akan supplier beri adalah harga beli eceran.

Jadi, walaupun reseller dan dropshipper menjual barang tersebut dengan harga yang sama, menjadi reseller akan jauh lebih menguntungkan.

5. Jaminan Resiko Bisnis

Apapun bentuk model bisnis yang Anda jalankan, pasti memiliki risiko, termasuk reseller dan dropshipper. Namun, risiko seorang dropshipper cenderung lebih kecil daripada reseller.

Salah satu risiko paling umum yang terjadi pada dropshipper adalah terkadang tidak ada pelanggan yang tertarik untuk membeli produk yang Anda tawarkan. Dengan begitu, biaya yang Anda keluarkan untuk promosi iklan atau pemasaran tidak memiliki efek sehingga Anda tidak mendapatkan hasil apa pun.

Meskipun demikian, reseller juga memiliki risiko yang hampir sama, dengan tingkat risiko kerugian yang relatif lebih besar. Pasalnya, selain biaya promosi, reseller juga mengeluarkan biaya untuk membeli stok produk. Dengan demikian, apabila produk itu tidak laku, kerugian sebagai reseller akan jauh lebih besar daripada dropshipper.

6. Bentuk Layanan Kepada Pelanggan

Bentuk Layanan Kepada Pelanggan

Hal terakhir yang menjadi perbedaan reseller dan dropshipper adalah dari segi cara memberikan pelayanan kepada konsumen.

Setelah menerima pesanan, reseller harus mengemas dan mengirimkan barang pesanan secara mandiri. Dengan kata lain, mulai dari promosi, pemesanan, pengemasan, hingga pengiriman adalah jadi tanggung jawab seorang reseller.

Sedangkan dropshipper hanya perlu meneruskan pesanan dari pelanggan ke supplier untuk memproses pesanan pelanggan. Supplier kemudian akan mengirimkan pesanan ke alamat pemesan.

Seperti yang sempat kami sebutkan pada poin sebelumnya bahwa dropshipper hanya bertindak sebagai perantara atau pihak ketiga yang akan menerima pesanan pelanggan. Dropshipper akan meneruskannya ke supplier tanpa harus memikirkan proses packing dan pengiriman.

Jadi, Lebih Baik Menjadi Reseller atau Dropshipper?

Sehingga bila diambil beberapa poin penting, menjadi seorang reseller mengharuskan Anda untuk memiliki stok barang di awal sehingga siap dijual ke pelanggan kapanpun. Selain itu, Anda juga perlu memahami detail informasi terkait produk yang Anda jual sehingga Anda mampu menjalankan bisnis secara profesional. Lalu ketika Anda menjadi seorang dropshipper, Anda tidak harus memiliki modal, atau bahkan bisa tanpa modal dan risiko bisnis lebih minim.

Di sisi lain, Anda sebagai reseller butuh modal cukup di awal, rela memiliki proses kerja bisnis lebih kompleks daripada dropshipper, dan risiko merugi lebih besar karena ada produk yang tidak sempat terjual. Tapi, jika menjadi dropshipper, Anda harus rela mendapatkan keuntungan yang bisa jadi tidak sebanyak reseller.

Tapi lebih dari keunggulan dan kelemahan masing-masing reseller dan dropshipper, ini adalah salah satu ide bisnis untuk pemula yang mudah dan cukup menguntungkan. Selain itu, keduanya juga bisa menjadi pemasukan passive income asalkan jualan online Anda jalankan dengan serius dan benar. Sehingga Anda mampu mengatur keuangan dan memiliki tabungan untuk jangka pendek dan jangka panjang.

Baca Juga:

Dania Lazuardi

Sleep Buddy adalah sebuah brand yang ingin menghadirkan kebahagiaan & kehangatan di setiap rumah dengan cara yang berarti .