Sleep Buddy

Sleep Buddy Logo Fa
0

Your Cart

Currently Empty: Rp0.00

Continue shopping

0

Your Cart

Currently Empty: Rp0.00

Continue shopping

Penyebab Gangguan Kecemasan Pada Anak
Feb 10
0 Comments

Ternyata bukan hanya orang dewasa saja yang bisa mengalami gangguan kecemasan atau anxiety disorder. Sebab, gangguan kecemasan pada anak juga bisa terjadi tanpa kita sadari.

Pada dasarnya, anxiety disorder merupakan salah satu gangguan kesehatan mental yang membuat penderitanya merasa gelisah atau cemas secara berlebihan. Rasa cemas ini bisa jiga terjadi pada anak-anak yang nantinya akan memengaruhi interaksinya dengan lingkungan sekitar. Bahkan jika Anda membiarkannya, bisa saja hal ini akan berpengaruh pada pembentukan kepribadian dalam masa tumbuh kembangnya.

Anak yang mengalami gangguan kecemasan akan cenderung tumbuh sebagai pribadi yang tertutup, pendiam, introvert, tidak memiliki mental berani, merasa insecure, hingga antisosial. Dalam jangka panjang, anxiety disorder pada anak juga bisa menjadi penyebab munculnya gangguan psikologis seperti bipolar disorder, psikosis, hingga imposter syndrome, yakni kecenderungan untuk meragukan dan tidak memercayai diri sendiri.

Untuk mengatasi munculnya anxiety disorder pada anak, maka Anda sebagai orangtua perlu mengetahui faktor apa saja yang bisa menyebabkan gangguan tersebut. Melalui artikel berikut ini, kami akan mengulas 5 penyebab umum yang bisa menjadi pemicu munculnya gangguan kecemasan pada anak. Apa saja?

Penyebab Gangguan Kecemasan pada Anak

Berbeda dengan orang dewasa, ciri-ciri atau gejala gangguan kecemasan pada anak mungkin akan lebih mudah terlihat dari kebiasaannya. Misalnya dari perubahan suasana hati atau mood, perubahan jam tidur anak dan pola makan, hingga perubahannya dalam berinteraksi dengan teman-temannya.

Anak yang sedang mengalami gejala kecemasan cenderung akan merasa tidak bersemangat atau kehilangan motivasi dalam menjalankan aktivitas sehari-hari seperti belajar dan bersekolah. Ia pun akan tampak menjadi lebih diam dari biasanya. Bahkan, terkadang anak juga sering mengalami susah tidur (insomnia) maupun gangguan tidur lain yang membuat kebutuhan tidurnya menjadi berkurang.

Jika anak mulai mengalami hal-hal tersebut, maka Anda harus mencari tahu penyebabnya. Berikut ini adalah beberapa penyebab yang bisa memicu gangguan kecemasan pada anak:

Baca Juga :

 

1. Anak Terlalu Khawatir dengan Prestasi dan Nilai Akademiknya

gangguan kecemasan pada anak karena prestasi

Ini merupakan penyebab paling umum yang memicu munculnya anxiety disorder pada anak. Setiap anak tentunya ingin memberikan yang terbaik dan membanggakan orangtua. Sehingga terkadang mereka merasa terlalu mencemaskan prestasi dan nilai di sekolah.

Munculnya kecemasan ini bisa terjadi karena beberapa faktor. Misalnya karena anak yang memang memiliki sikap perfeksionis dan ambisius, atau akibat tipe pola asuh yang kurang tepat dari orangtua. Misalnya pola asuh tiger parenting, helicopter parenting dan overprotective parenting yang membuat anak merasa selalu diawasi oleh orangtua.

Pola asuh seperti itu secara tak langsung membuat anak merasa takut mengalami kegagalan dalam hidupnya. Sebab, ada orangtua yang selalu mengawasi dan mengatur segala aspek yang ia lakukan. Apalagi jika orangtua sering menghukum anak saat melakukan kesalahan. Alhasil, anak pun akan mengalami ketakutan dan rasa cemas berlebihan apabila mengalami kegagalan.

Oleh sebab itu, perhatikan pola asuh apa yang Anda terapkan untuk si kecil. Sebisa mungkin cobalah menerapkan pola asuh yang tepat agar anak tidak merasa tertekan. Misalnya dengan menerapkan slow parenting, mindful parenting, dan organic parenting, yang mana mendukung anak untuk mempelajari hal-hal baru sesuai dengan kapasitasnya tanpa perlu memaksanya.

Namun, apabila kecemasan tersebut muncul karena anak memiliki sikap perfeksionis dan ambisius, maka luangkanlah waktu untuk mengobrol dengannya. Rayu anak untuk bercerita atau curhat tentang apa mereka rasakan dan kegelisahan apa yang menghantui mereka. Kemudian jelaskan secara perlahan bahwa terkadang kegagalan memang wajar untuk menjadi pembelajaran berharga di kesempatan berikutnya.

Anda juga bisa menawarkan solusi dengan mendatangkan guru les ke rumah untuk membantunya meningkatkan prestasi dan mengurangi rasa cemasnya. Opsi lainnya adalah Anda bisa mengusulkan ide untuk mengadakan belajar kelompok dengan teman, sehingga anak akan lebih bersemangat belajar.

2. Mengalami Kekerasan di Sekolah (Bullying)

Dewasa ini, bullying atau tindak perundungan bukan lagi menjadi hal baru di kalangan anak usia sekolah. Bullying pun bisa berupa kekerasan fisik maupun verbal. Efeknya pun bisa menyebabkan stres berat, depresi, rasa cemas dan takut berlebih, kecenderungan self destructive, bahkan trauma.

Apabila anak mengalami perubahan sikap dan cenderung merasa takut bersekolah, maka tanyakan apa yang sedang terjadi dan ia alami. Apabila si kecil mengalami tindak bullying, maka Anda sebagai orangtua harus segera menghubungi pihak sekolah untuk mengatasi hal tersebut.

Di sisi lain, untuk mencegahnya, Anda perlu mengajarkan anak untuk membedakan mana perilaku baik yang harus dilakukan dan perilaku buruk yang perlu dihindari sejak dini. Beri tahu pula efek negatif bullying dalam jangka panjang, sehingga anak akan menghindarinya.

Baca Juga :

 

3. Mengalami Masalah dengan Teman

Pertengkaran anak-anak memang menjadi hal yang wajar. Namun, ada kalanya permasalahan yang terjadi di antara teman tersebut bisa membuat anak merasa khawatir dan cemas berlebihan.

Sebab, anak akan cenderung merasa bingung memikirkan bagaimana cara menghadapi teman tersebut keesokan harinya, atau bahkan merasa takut kehilangan teman dan kesulitan mencari teman baru. Hal ini pun akan membuat merasa merasa tidak bersemangat untuk berangkat ke sekolah.

Jika hal ini terjadi, maka ajaklah anak untuk berkomunikasi dan berikan saran untuk membantunya. Anda bisa memberikan pemahaman bahwa setiap anak bisa berbuat salah dan terlalu keras kepala untuk meminta maaf lebih dulu. Maka untuk mengakhiri pertengkaran tersebut, butuh adanya komunikasi antara kedua belah pihak dan saling memaafkan.

4. Merasa Insecure dengan Kekurangan dan Kondisi Tubuh

gangguan kecemasan pada anak karena insecure

Tahukah Anda bahwa bentuk tubuh ternyata sangat memengaruhi kondisi psikologis anak?

Sebab anak yang memiliki bentuk badan kurang ideal (misalnya terlalu gemuk atau terlalu kurus), cenderung merasa rendah diri dan insecure tiap kali berhadapan dengan teman-temannya. Apalagi bila teman-teman di sekolah menjulukinya dengan sebutan yang menyinggung bentuk tubuhnya, misalnya “Si Gendut”.

Hal ini akan membuat anak mengalami penurunan self esteem dan self worth. Akibatnya, ia pun tidak bisa menerima memandang citra tubuhnya sendiri dengan positif (body positivity) dan kurang mencintai diri sendiri apa adanya (self love). Selain itu, anak juga cenderung akan tumbuh sebagai pribadi yang kerap merendahkan diri sendiri atau self deprecation.

Untuk mengatasi hal tersebut, maka berikan pemahaman pada anak bahwa yang terpenting adalah memiliki tubuh yang sehat. Namun apabila anak ingin melakukan perubahan pada bentuk tubuhnya, maka Anda bisa membantunya dengan mengatur pola makannya.

Misalnya apabila si kecil terlalu kurus karena tidak nafsu makan, maka Anda bisa melakukan berbagai cara untuk meningkatkan nafsu makan anak. Sebaliknya, apabila buah hati Anda memiliki berat badan berlebih, maka Anda bisa memberikan makanan diet sehat dan minuman diet yang membantunya menurunkan berat badan. Selain itu, Anda juga bisa mengajaknya untuk rutin melakukan olahraga bersama setiap harinya.

Baca Juga :

 

5. Mengalami Masalah Keluarga

Sejatinya, setiap perubahan dan masalah yang terjadi di dalam keluarga akan sangat memengaruhi psikologis anak. Misalnya adalah perceraian orangtua.

Hal tersebut akan membuat anak merasa takut akan masa depannya. Bahkan, anak akan berpikir apakah orangtuanya akan tetap menyayanginya setelah memutuskan untuk berpisah. Inilah yang akan menyebabkan munculnya gangguan kecemasan pada anak.

Jika anak mengalami kondisi ini, maka cobalah untuk lebih mendekatkan diri pada anak dan utarakan apa yang sebenarnya terjadi. Yakinkan anak bahwa meskipun orangtua berpisah, mereka akan tetap menyayangi dan memprioritaskannya. Ajarkan juga bahwa terkadang dalam hidup, perubahan memang diperlukan untuk memperbaiki situasi.

Apabila anak belum bisa menerima dengan lapang dada, maka cobalah untuk memahaminya karena memang butuh waktu bagi mereka untuk memproses perubahan yang terjadi. Dalam waktu tersebut, cobalah untuk selalu mendekatkan diri dan mempererat hubungan dengan anak. Misalnya menemani anak tidur, membacakan dongeng sebelum tidur, mengajaknya bersantai dan melakukan hobi yang ia sukai, atau bahkan travelling dan liburan bersama anak.

Lalu, Bagaimana Cara Mengatasi Kecemasan pada Anak?

Mengetahui penyebab munculnya kecemasan pada anak menjadi langkah pertama yang harus Anda lakukan. Setelah itu, Anda bisa membantu anak untuk mengatasi kekhawatirannya dengan menunjukkan dukungan dan selalu memberikan motivasi.

Tunjukkan perhatian Anda pada anak secara penuh dan yakinkan ia bahwa Anda akan selalu ada untuknya dalam situasi apapun. Kemudian, lakukan upaya untuk membantu anak mengurangi kecemasannya. Contohnya dengan membantunya untuk memanajemen dan menghilangkan stres. Seperti mengajak anak untuk meditasi, relaksasi, yoga, melakukan self care, atau melakukan hobi yang ia gemari.

Jika langkah-langkah tersebut masih kurang efektif, maka Anda bisa berkonsultasi dengan tenaga profesional agar si kecil mendapatkan penanganan yang tepat. Karena pada dasarnya, ini merupakan salah satu langkah mendeteksi gangguan mental pada anak sejak dini yang perlu Anda lakukan.

Baca Juga :

Avatar

Nissa Sleepbuddy

Sleep Buddy Merk Lokal, Kualitas Internasional sejak 2009, Rasakan pengalaman tidur yang berbeda dari sprei lembut dan tahan lama.